Halaman
Pola Keruangan Desa dan Kota
43
Pola Keruangan Desa
dan Kota
Bab
3
Tujuan Pembelajaran
1. Siswa mampu mengidentifikasi potensi desa dan kaitannya dengan
perkembangan desa dan kota.
2. Siswa mampu membedakan struktur ruang desa dan kota.
3. Siswa mampu menafsirkan interaksi wilayah desa dan kota.
4. Siswa mampu mengidentifikasi konflik pemanfaatan lahan
permukiman pada suatu wilayah.
5. Siswa mampu menganalisis dampak pertumbuhan permukiman
terhadap kualitas lingkungan.
Manfaat Pembelajaran
1. Siswa memperoleh pengetahuan tentang potensi desa
dan kaitannya dengan perkembangan desa dan kota.
2. Siswa memperoleh pengetahuan tentang struktur ruang
desa dan kota serta mampu membedakannya.
3. Siswa memperoleh kemampuan untuk menafsirkan
interaksi wilayah desa dan kota.
4. Siswa memperoleh pemahaman tentang konflik
pemanfaatan lahan permukiman pada suatu wilayah.
5. Siswa memperoleh kemampuan untuk menganalisis
dampak pertumbuhan permukiman terhadap kualitas
lingkungan.
Sumber:
Negara dan Bangsa
Kata Kunci
Kata Kunci
Kata Kunci
Kata Kunci
Kata Kunci
DESA – KOTA
44
Nuansa Geografi SMA/MA Kelas XII
Gejala-gejala alam dan sosial tersebar tidak merata di permukaan bumi. Hubungan
antargejala tersebut menimbulkan berbagai fenomena, di antaranya interaksi manusia dan
lingkungannya. Peranan manusia dalam interaksi tersebut sangat menonjol terutama dalam
upaya pemenuhan kebutuhan hidupnya. Hal ini mendorong manusia untuk berhubungan satu
dengan lainnya dari tempat yang berbeda, dalam segala aspek kehidupan seperti sosial,
ekonomi, politik dan budaya. Bahkan, fenomena antara desa dan kota yang berbeda
menimbulkan hubungan saling memengaruhi. Oleh karena itu, dalam pembangunan regional,
ilmu geografi membedakan desa dan kota.
A
Potensi Desa dan Kaitannya dengan Perkembangan Desa dan
Kota
Potensi desa adalah sumber daya yang dimiliki desa yang dapat digunakan dan
dikembangkan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Potensi yang dimiliki oleh
suatu wilayah akan memengaruhi perkembangan wilayah tersebut.
Berdasarkan potensinya wilayah, pedesaan digolongkan menjadi tiga.
1. Wilayah desa berpotensi tinggi, terdapat di daerah dengan lahan pertanian subur, topografi
rata, dan dilengkapi dengan irigasi teknis. Kemampuan wilayah untuk berkembang lebih
besar.
Peta Konsep
terdiri atas
Pola keruangan
desa dan lota
Potensi desa
Potensi
fisik
Potensi
nonfisik
Struktur ruang
desa dan kota
Struktur
ruang
desa
Struktur
ruang
kota
Interaksi
desa dan kota
Zona
interaksi
desa-kota
Pengaruh
interaksi
desa-kota
Aspek
interaksi
desa-kota
meliputi
mengkaji
mewujudkan
Perbedaan pola
keruangan dan
perkembangan desa-kota
Konflik pemanfaatan
lahan pemukiman
Kualitas
lingkungan
berdampak pada
Pola Keruangan Desa dan Kota
45
2. Wilayah desa berpotensi sedang, terdapat di daerah dengan lahan pertanian agak subur,
topografi tidak rata, serta irigasi sebagian teknis dan semiteknis. Wilayah ini masih cukup
mempunyai kemampuan untuk berkembang.
3. Wilayah desa berpotensi rendah, terdapat di daerah lahan pertanian tidak subur, topografi
kasar (perbukitan), sumber air bergantung pada curah hujan. Wilayah ini sulit untuk
berkembang.
Potensi desa mencakup potensi fisik dan nonfisik.
1. Potensi fisik
a.
Tanah
Tanah yang subur merupakan potensi utama desa. Tanah dapat berupa sawah,
tegal, atau pekarangan. Peduduk desa mengelola dan memanfaatkan tanah sebagai
lahan pertanian untuk mencukupi kebutuhannya sendiri. Sementara hasil pertanian
yang berlebih memungkinkan dapat dijual ke kota. Orang kota membutuhkan hasil
pertanian dari desa. Sebaliknya, orang desa membutuhkan hasil produk industri dari
kota. Hubungan desa dan kota yang saling membutuhkan menyebabkan terjadinya
hubungan timbal balik antara desa dan kota.
b. Air
Melimpah ruahnya sumber
air, selain dimanfaatkan untuk
keperluan sehari-hari juga
dimanfaatkan untuk keperluan
irigasi dan industri air minum.
Contoh sumber air yang diman-
faatkan untuk industri: mata air
Sigedang di Jawa Barat, Cokro di
Klaten Jawa Tengah, dan Pandaan
di Jawa Timur. Sumber air lain
yang mengandung mineral atau
sumber air panas sangat mengun-
tungkan desa, selain bermanfaat
bagi penduduk setempat, juga
dapat dijadikan objek wisata alam. Contoh: sumber air panas Bayanan Sragen dan
sumber air panas Ciater Bandung.
c. Iklim
Iklim sangat memengaruhi aktivitas penduduk desa yang pada umumnya bermata
pencaharian petani. Kegiatan petani untuk menentukan jenis tanaman sangat bergantung
pada iklim. Iklim sejuk, dingin, dan curah hujan cukup sangat mendukung kehidupan
penduduk desa dalam meningkatkan hasil pertanian. Hal ini akan memengaruhi
kemajuan desa tersebut.
Sumber:
Majalah Garuda
Gambar 3.1
Potensi fisik desa berupa air yang melimpah
46
Nuansa Geografi SMA/MA Kelas XII
d. Flora dan fauna
Potensi flora di desa adalah masih banyak tersedianya tanaman bahan makanan
pokok, seperti padi, jagung, dan ketela pohon. Adapun potensi fauna berupa hewan
ternak, antara lain ternak besar, ternak kecil, dan unggas. Kegiatan peternakan
menghasilkan daging, telur, dan susu. Hasil pertanian dan peternakan dapat menarik
penduduk lain untuk melakukan kegiatan perdagangan dengan membeli barang-
barang hasil pertanian dan peternakan. Hal ini tentunya dapat mendorong kemajuan
dan perkembangan desa tersebut.
2. Potensi nonfisik
a
. Masyarakat desa
Penduduk desa merupakan potensi bagi desa itu sendiri. Penduduk desa akan
mengolah potensi sumber daya yang dimiliki desanya. Suatu wilayah desa yang
mempunyai jumlah penduduk banyak dengan berbagai keterampilan akan memberikan
sumbangan bagi pendapatan desa tersebut.
b. Lembaga sosial desa
Lembaga sosial desa, seperti pendidikan, adat, koperasi, dan lembaga lainnya
dapat memberikan bantuan dan mendukung kegiatan penduduk desa.
c. Aparatur dan pamong desa
Aparatur yang jujur, disiplin, dan kreatif merupakan motor penggerak pembangunan
di desa. Dengan Undang-Undang No. 5 Tahun 1979 akan terwujud penyelenggaraan
pemerintah desa yang tertib, berdaya guna, dan berhasil guna dalam mengelola
pembangunan.
Berdasarkan perkembangan kemampuan masyarakat untuk memanfaatkan potensi-
potensi yang dimiliki, desa dapat diklasifikasikan sebagai berikut.
a. Desa tradisional
Tipe desa tradisional terdapat di daerah-daerah pedalaman, kecenderungan
penduduk desa tertutup, dan tidak adanya komunikasi karena sistem perhubungan dan
sarana pengangkutan belum berkembang. Seluruh kehidupan penduduk sangat
bergantung pada alam.
b. Desa swadaya
Tipe desa swadaya ditandai adanya kegiatan penduduknya untuk mencukupi
kebutuhan sendiri. Kegiatan penduduk dipengaruhi keadaan alam dan kondisi
geografisnya. Desa swadaya biasanya berlokasi di daerah terpencil sehingga jarang
berinteraksi dengan penduduk luar, akibatnya perkembangan dari kemajuan desa
terhambat.
c. Desa swakarya
Tipe desa swakarya lebih maju dibanding desa swadaya. Desa swakarya ditandai
adanya perubahan untuk memanfaatkan dan mengembangkan potensi yang ada di desa
sehingga mampu menjual hasilnya ke desa lain setelah memenuhi kebutuhan desanya.
Pola Keruangan Desa dan Kota
47
Ciri-ciri desa swakarya adalah berfungsinya lembaga-lembaga desa, aparatur desa, dan
munculnya kesadaran warga desa akan pentingnya keterampilan dan pendidikan
sehingga menyebabkan beragamnya mata pencaharian penduduk.
d. Desa swasembada
Tipe desa swasembada lebih maju daripada desa swakarya. Penduduknya telah
mampu mengolah potensi secara maksimal dengan alat-alat teknis. Ciri lain tipe desa
swasembada adalah tersedianya semua keperluan penduduk dan interaksi dengan
masyarakat lain tidak mengalami kesulitan karena sistem perhubungan dan
pengangkutan sudah maju.
Berdasarkan mata pencahariannya, desa dibedakan menjadi tiga sebagai berikut.
a. Desa agraris
Desa yang sebagian besar penduduknya bekerja sebagai petani. Kegiatan utama
mengolah lahan pertanian di samping ada pekerjaan lain sebagai sampingan seperti
beternak.
b. Desa nelayan
Desa nelayan terdapat di daerah sekitar pantai, sebagian besar penduduknya
sebagai nelayan.
Sumber:
Dokumentasi Bank Syariah
Gambar 3.3
Desa nelayan dan kegiatan penduduknya
Sumber:
Dokumentasi Bank Syariah
Gambar 3.2
Desa agraris dan kegiatan penduduknya
48
Nuansa Geografi SMA/MA Kelas XII
c. Desa industri
Desa yang sebagian besar penduduknya bekerja di sektor industri.
Potensi desa kaitannya dengan perkembangan kota adalah sebagai daerah belakang/
pengaruh (hinterland) yang berfungsi sebagai berikut.
1
. Sumber bahan pangan bagi masyarakat kota. Lahan di desa berupa sawah, tegal, dan
pekarangan dimanfaatkan untuk menanam padi, palawija, sayur-mayur serta hortikultura.
Hasil pertanian digunakan untuk mencukupi kebutuhan sehari-hari sedangkan hasil
lebihnya dijual ke kota.
2. Sumber tenaga kerja, yaitu penduduk usia produktif desa merupakan tenaga kerja yang
dibutuhkan untuk proses pembangunan fisik di kota. Pembuatan gedung, jalan, dan sarana
fisik lainnya membutuhkan tenaga kerja kasar. Kebutuhan tersebut terpenuhi dari penduduk
yang sebagian berasal dari pedesaan.
3. Sumber tempat wisata, wilayah desa yang jauh dari keramaian kota memiliki udara yang
segar, bebas polusi, keindahan alam menjadi daya tarik bagi wisatawan.
4. Sumber industri kecil dan industri kerajinan rakyat, seperti industri pengolahan makanan
dan minuman khas daerah serta industri pengolahan hasil pertanian rakyat. Produksi
industri kecil tersebut dipasarkan ke wilayah kota.
Tugas
1. Cari dan temukan dari bahan bacaan lain untuk menjawab pertanyaan berikut.
Dalam masalah permukiman, pembagian regional ilmu geografi menjadi geografi
desa dan geografi kota. Berikan alasannya!
2. Amati desa yang terdapat di sekitar tempat tinggalmu. Sebutkan potensi-potensi
yang terdapat di desa tersebut! Jelaskan bagaimana pengaruh potensi yang ada
terhadap perkembangan pembangunan di desa tersebut!
Kumpulkan kepada guru Anda!
B
Struktur Ruang Desa dan Kota
1. Struktur ruang desa
a. Pengertian desa
Desa sering diartikan sebagai wilayah yang letaknya jauh dari keramaian kota,
wilayahnya masih alami, dan sebagian besar arealnya dimanfaatkan untuk persawahan,
ladang, perumahan, atau kebun penduduk. Sebagian besar penduduk desa bekerja di
sektor pertanian.
Pola Keruangan Desa dan Kota
49
Sutardjo Kartohadikusumo
mengemukakan secara administratif desa sebagai
satu kesatuan hukum dan di dalamnya bertempat tinggal sekelompok masyarakat yang
berkuasa mengadakan pemerintahan sendiri.
Di Indonesia, penjelasan desa secara administratif dituangkan dalam Undang-
Undang Republik Indonesia No. 22 Tahun 1999, desa adalah kesatuan masyarakat
hukum yang memiliki kewenangan untuk mengatur dan mengurus kepentingan
masyarakat setempat berdasarkan asal-usul dan adat istiadat setempat yang diakui
dalam sistem pemerintahan nasional dan berada di dalam daerah kabupaten.
Menurut
Bintarto
,
desa adalah perwujudan geografis yang ditimbulkan oleh
unsur-unsur fisiografis sosial, ekonomi, politik, dan kultural yang terdapat di suatu
tempat dalam hubungan dan pengaruh timbal balik dengan daerah lain.
Unsur-unsur desa menurut
Bintarto
ada tiga sebagai berikut.
1) Daerah yang meliputi berbagai aspek, seperti lokasi, luas, bentuk lahan, keadaan tanah,
dan keadaan tata air.
2) Penduduk yang terdiri dari jumlah penduduk, kepadatan penduduk, tingkat kelahiran,
tingkat kematian, perbandingan jenis kelamin, mata pencaharian, dan sebagainya.
3) Tata kehidupan berkaitan erat dengan adat istiadat, norma-norma yang berlaku di
daerah tersebut, sistem pergaulan, dan pola-pola budayanya.
Ciri-ciri khas desa berdasarkan kondisi masyarakatnya menurut
Soerjono Soekanto
.
1) Warga masyarakat pedesaan memiliki hubungan kekerabatan yang kuat, karena
umumnya berasal dari satu keturunan.
2) Corak kehidupannya bersifat
gemeinschaft,
yaitu diikat oleh sistem kekeluargaan
yang kuat.
3) Sebagian besar penduduknya hidup dari sektor pertanian dan perkebunan.
4) Cara bertani masih tradisional (
subsistence farming
).
5) Sifat gotong royong masih tertanam kuat pada warga masyarakat.
6) Golongan orang-orang atau ketua kampung memegang peran penting.
7) Masyarakat desa memegang norma-norma agama secara kuat (
religius trend
)
Istilah desa di berbagai daerah berbeda-beda. Di Jawa Tengah, desa dinamakan
dusun
. Di daerah Sunda disebut kampung, sedangkan di Padang dinamakan
nagari
. Di
daerah Aceh dinamakan
gampong
, masyarakat Batak di Sumatra Utara menyebutnya
huta
dan di Sulawesi Utara masyarakat menyebutnya
wanus
.
b. Struktur ruang desa
Bentuk persebaran desa yang terdapat di permukaan bumi berbeda antara satu
dengan yang lain. Hal ini sangat bergantung pada keadaan alam setempat. Sebagai
contoh bentuk desa yang terletak di wilayah yang datar sudah barang tentu berbeda
dengan desa-desa yang terletak di daerah yang berbukit-bukit atau daerah pegunungan.
50
Nuansa Geografi SMA/MA Kelas XII
Gambar 3.5
Pola desa memanjang sungai
Gambar 3.4
Pola desa memanjang jalan
Menurut
Daljuni
,
persebaran desa artinya menggerombolnya atau saling menjauhi
antara desa yang satu dengan yang lainnya
Dilihat dari pola desa,
Bintarto
menggolongkan desa dalam beberapa macam,
antara lain sebagai berikut.
1) Pola memanjang jalan
Pola persebaran desa memanjang jalan terdapat di daerah yang arealnya datar
dan menghubungkan dua kota. Pola desa yang memanjang bertujuan untuk mendekati
prasarana transportasi sehingga memudahkan untuk bepergian ke tempat lain
apabila ada keperluan. Selain itu juga memudahkan pergerakan barang dan jasa.
Untuk lebih jelas, perhatikan bagan berikut.
Keterangan:
= Daerah/tempat permukiman
= jalan
= arah pengembangan
2) Pola memanjang sungai
Pola persebaran desa terletak di kanan kiri sungai. Pola desa ini memanfaatkan
air sungai untuk berbagai keperluan, dan umumnya terdapat pada daerah dataran.
Keterangan:
= sungai
= daerah permukiman
Pola Keruangan Desa dan Kota
51
3) Pola memanjang pantai
Di daerah-daerah pantai yang landai, pola persebaran desa biasanya memanjang
mengikuti arah garis pantai. Desa memanjang pantai merupakan desa nelayan yang
mata pencaharian penduduknya menangkap ikan di laut.
4) Pola memanjang pantai dan sejajar jalan kereta api
Pola persebaran desa semacam ini terdapat di daerah pantai yang landai. Pada
umumnya penduduknya bekerja sebagai nelayan dan pedagang.
5) Pola radial
Pola persebaran desa radial atau melingkar terdapat di daerah gunung berapi,
biasanya terletak di kanan kiri sungai-sungai di lereng gunung tersebut.
= gunung berapi
= daerah permukiman
= sungai
Gambar 3.8
Pola desa radial
Gambar 3.7
Pola desa memanjang pantai dan sejajar jalan kereta api
Gambar 3.6
Pola desa memanjang pantai
52
Nuansa Geografi SMA/MA Kelas XII
6) Pola tersebar
Pola persebaran desa tersebar
umumnya terdapat di daerah yang
homogen dengan kesuburan yang tidak
merata, seperti di pegunungan kapur
(
karst
). Desa satu dengan yang lain
dihubungkan oleh jalan setapak.
Menurut
N. Daljuni
,
pola persebaran
desa dapat dibedakan menjadi empat
sebagai berikut.
1) Pola desa linier atau memanjang
mengikuti jalur jalan raya atau alur
sungai.
Pola persebaran desa linier terletak di dataran rendah dan umumnya sejajar
dengan jalan raya yang memotong sungai. Jika penduduk bertambah, maka dibuat
jalan baru mengelilingi desa untuk memudahkan pergerakan barang dan jasa.
:
Daerah permukiman
:
Daerah industri kecil
:
Arah pengembangan
:
Jalan
:
Lahan pertanian
2) Pola desa yang memanjang mengikuti garis pantai
Pola persebaran desa yang terletak di daerah pantai landai. Jika penduduk
bertambah, maka akan berkembang menyusur garis pantai.
= Daerah permukiman
= Daerah industri kecil
= Arah pengembangan
Gambar 3.11
Pola desa menyusun sepanjang pantai
Gambar 3.10
Pola desa linier di dataran rendah
Gambar 3.9
Pola desa tersebar
Pola Keruangan Desa dan Kota
53
3) Pola desa terpusat
Pola desa terpusat terdapat di wilayah pegunungan dan dihuni oleh penduduk
yang berasal dari satu keturunan yang sama. Umumnya, semua warga masyarakat
di daerah itu adalah kerabat atau keluarga.
= Daerah permukiman
= Daerah industri kecil
= Arah pengembangan
4) Pola desa yang mengelilingi fasilitas tertentu
Pola desa ini umumnya terletak di dataran rendah dan memiliki fasilitas-fasilitas
umum yang banyak dimanfaatkan oleh penduduk setempat, misalnya mata air
danau, waduk, atau fasilitas lainnya.
=
Fasilitas yang telah ada
=
Daerah permukiman
=
Daerah industri kecil
=
Arah pengembangan
Selain dimanfaatkan sebagai permukiman penduduk, lahan di wilayah pedesaan
juga dimanfaatkan untuk aktivitas sosial, ekonomi, seperti persawahan, kebun, areal
penggembalaan ternak, empang, surau atau masjid, lapangan olahraga, dan tempat
pertemuan, dan sebagainya. Selain itu, di wilayah-wilayah tertentu juga sering digunakan
sebagai rumah-rumah industri kecil.
Gambar 3.12
Pola desa terpusat
Gambar 3.13
Pola desa yang mengelilingi suatu
fasilitas
54
Nuansa Geografi SMA/MA Kelas XII
Gambar 3.14
Tipe pedesaan menurut Paul H. Landis
Pola persebaran desa menurut
Paul H. Landis
1)
The Farum Village Type
Tipe desa yang penduduknya tinggal bersama di suatu tempat dengan lahan
pertanian di sekitarnya.
2)
The Nebulous Farm Type
Tipe desa yang sebagian besar penduduknya tinggal bersama di suatu tempat
dengan lahan pertanian di sekitarnya, tetapi karena permukiman padat akibat
pertumbuhan penduduk maka sebagian penduduk mencari tempat di luar
permukiman pokok.
3)
The Arranged Isolated Farm Type
Tipe desa yang penduduknya bermukim di sepanjang jalan utama desa yang
terpusat pada pusat perdagangan. Lahan pertanian berada di sekitar permukiman.
Jarak satu rumah dengan rumah lain tidak terlalu jauh.
4)
The Pure Isolated Type
Tipe desa yang penduduknya tinggal tersebar secara terpisah dengan lahan pertanian
masing-masing dan berpusat pada suatu pusat perdagangan.
Tipe 1
Tipe 2
Tipe 3
Tipe 4
c. Kaitan desa dengan pola keruangan serta sistem perhubungan dan pengangkutan
Masyarakat desa dapat dikatakan masyarakat yang masih tradisional. Untuk
mengadakan interaksi dengan penduduk lain yang letaknya tidak begitu jauh, mereka
saling mengunjungi dengan berjalan kaki. Jika jarak yang harus ditempuh untuk
mengadakan interaksi cukup jauh, maka diperlukan alat transportasi.
Sistem perhubungan daerah pedesaan diarahkan untuk lebih memperlancar arus
barang dan jasa serta meningkatkan mobilitas manusia ke seluruh wilayah tanah air.
Pola keruangan desa di daerah dataran rendah dan pantai cenderung serupa,
permukiman tertata rapi, dan pola lebih teratur, sedangkan di daerah dataran tinggi atau
pegunungan, pola permukiman cenderung tidak teratur mengingat kondisi alamnya
yang tidak mudah.
Sistem perhubungan yang ada di setiap kawasan pedesaan berbeda karena kondisi
fisiknya berbeda. Hal tersebut menyebabkan sistem pengangkutannya pun berbeda.
Pola Keruangan Desa dan Kota
55
Beberapa faktor yang menentukan pola keruangan dan sistem perhubungan dan
pengangkutan di desa.
1) Letak desa terhadap bentang alam atau bentang budaya tertentu, seperti sungai, laut,
pegunungan, dan kota. Desa yang terletak di dataran, sistem pengangkutan lebih
bervariasi sehingga kelancaran hubungan dengan daerah lain lebih mudah. Hampir
semua jenis angkutan dapat dengan mudah mencapai desa ini, sedangkan sistem
perhubungan di dataran tinggi/pegunungan terbatas. Desa yang terletak di pantai
memiliki potensi untuk membuat sistem perhubungan laut.
2) Topografi, yaitu kondisi relief atau bentuk muka bumi. Perbedaan topografi
menyebabkan sistem pengangkutan antara daerah dataran rendah dan dataran tinggi
berbeda. Alat angkutan darat lebih banyak di daerah dataran rendah karena
pembangunan jaringan lalu lintas lebih mudah daripada daerah perbukitan atau
pegunungan.
3) Kondisi sosial dan perkembangan masyarakat juga menentukan sistem pengangkutan
dan perhubungan di desa. Usaha dan upaya masyarakat berpengaruh terhadap
sistem transportasi. Kemampuan masyarakat dalam mengatasi kondisi fisik akan
mempermudah dalam mewujudkan sarana transportasi.
2. Struktur ruang kota
a
. Pengertian kota
Kota merupakan salah satu kenampakan di permukaan bumi sebagai tempat
permukiman penduduk dengan beraneka ragam kegiatan. Jika ditinjau dari sejarah
kelahirannya, sebetulnya kota berasal dari wilayah pedesaan. Akibat pertumbuhan
penduduk yang terus meningkat, kebutuhan sandang, pangan, dan perumahan, kemajuan
ilmu pengetahuan dan teknologi wilayah pedesaan makin lama semakin berkembang
dan meluas. Bahkan dengan terjadi penggabungan beberapa desa dihubungkan melalui
jaringan jalan raya.
Sumber:
Kompas 2006
Gambar 3.15
Ragam sistem perhubungan di tengah kawasan pedesaan
56
Nuansa Geografi SMA/MA Kelas XII
Untuk mengetahui pengertian kota, berikut ini disajikan beberapa definisi kota.
1)
Bintarto
, kota merupakan kesatuan jaringan kehidupan manusia yang ditandai
dengan kepadatan penduduk yang tinggi dan diwarnai dengan strata sosial ekonomi
yang heterogen dan coraknya materialistis. Dengan kata lain, kota adalah bentang
budaya yang ditimbulkan unsur-unsur alami dan nonalami.
2) Undang-Undang No. 22 Tahun 1999 tentang otonomi daerah, kawasan perkotaan
adalah kawasan yang mempunyai kegiatan utama bukan pertanian dengan susunan
fungsi kawasan sebagai tempat pelayanan jasa, pemerintah, pelayanan sosial, dan
kegiatan ekonomi.
3)
Northam
mengemukakan kota adalah lokasi yang memiliki kepadatan penduduk
yang lebih tinggi daripada populasi lokasi tersebut, yang menjadi pusat administrasi,
perekonomian, dan kebudayaan serta tidak hanya terpusat pada satu sektor.
Ada beberapa istilah yang sering digunakan dalam membahas pengertian kota,
antara lain:
1)
urban
adalah suatu bentuk yang memiliki suasana kehidupan dan penghidupan
yang modern,
2)
city
adalah pusat kota,
3)
town
kota kabupaten,
4)
township
adalah kota kecamatan.
Kota sebagai tata ruang harus merupakan lingkungan yang dinamis sehingga
membutuhkan daya dukung bagi kehidupan penghuninya. Oleh karena itulah timbul
beberapa sifat kota. Secara fisik, kota menyediakan berbagai macam fasilitas yang
lengkap, seperti pusat perbelanjaan, perkantoran, pusat bisnis, rekreasi, dan olahraga.
Ciri fisik tersebut berdampak pada sifat-sifat kehidupan masyarakat kota. Sifat-sifat
tersebut antara lain:
1) hubungan sosial antarwarga bersifat
patembayan (
gesselschaft
),
2) adanya heterogenitas sosial,
3) sikap hidup penduduk bersifat egois
dan individualistik,
4) adanya segregasi keruangan, yaitu
pemisahan yang dapat menimbulkan
kelompok atau kompleks-kompleks
tertentu,
5) norma-norma keragaman tidak
begitu ketat,
6) pandangan hidup masyarakat kota lebih rasional.
b. Struktur ruang kota
Struktur ruang kota berbeda dengan desa. Struktur ruang kota keadaannya lebih
kompleks dan teratur. Struktur ruang kota mengatur pemanfaatan ruang atau lahan
untuk keperluan tertentu sehingga tidak terjadi pemanfaatan yang tumpang tindih.
Sumber:
Kompas 2006
Gambar 3.16
Sifat fisik kota tersedia berbagai fasilitas
seperti pusat perbelanjaan
Pola Keruangan Desa dan Kota
57
Pola penggunaan lahan merupakan salah satu bentuk interaksi antara manusia
dengan lingkungan sebagai tempat hidupnya. Melalui perencanaan sistem penggunaan
lahan yang tepat sesuai dengan kondisi lingkungannya, diharapkan kita dapat
memanfaatkan ruang muka bumi secara maksimal.
Apabila kita perhatikan sistem pemanfaatan lahan serta penataan ruang wilayah
perkotaan, ternyata pola penggunaan lahan kota memperlihatkan bentuk-bentuk tertentu.
Secara umum struktur penggunaan lahan kota dapat dibedakan menjadi tiga
bentuk sebagai berikut.
1) Teori konsentrik
Dikembangkan oleh
E.W. Burgess
(1920), pola penggunaan lahan kota
memperlihatkan zona-zona konsentrik (melingkar). Pusat dari zona tersebut
merupakan inti kota, tempat paling ramai sebagai pusat kegiatan ekonomi. Semakin
ke tepi, zona kegiatan ekonomi semakin sedikit. Sebaliknya, wilayah permukiman
semakin banyak.
Menurut
Burgess
, struktur penggunaan lahan kota dikelompokkan dalam
enam zona konsentrik sebagai berikut.
a) Pusat Daerah Kegiatan /PDK (
Central Business District
/CBD)
Wilayah CBD ini sering disebut
down town
(kota asal) atau
loop
(jantung kota).
Daerah inti kota yang ditandai dengan gedung-gedung, pusat pertokoan, kantor
pos, bank, bioskop, pasar, dan sebagainya.
b) Zona transisi
Wilayah ini merupakan daerah industri manufaktur pabrik-pabrik ringan dan
wilayah permukiman orang-orang kaya. Penggunaan lahan zona transisi
merupakan pola campuran meliputi gudang-gudang barang sentra industri
Sumber:
Jawa Pos 2006
Gambar
3.17
Salah satu sudut kota dengan beragam gedung sebagai
pusat fasilitas
58
Nuansa Geografi SMA/MA Kelas XII
manufaktur, halaman parkir, kompleks perumahan yang disewakan, wilayah
lokasi apartemen (kondominium) serta banyak dijumpai daerah slums.
c) Wilayah perumahan atau tempat masyarakat yang berpendapatan rendah,
merupakan daerah tempat tinggal kaum buruh kecil yang ditandai adanya daerah
rumah susun sederhana yang dihuni oleh keluarga besar serta sebagian besar
penduduknya bekerja sebagai buruh atau karyawan kelas bawah.
d) Wilayah tempat tinggal masyarakat berpenghasilan menengah.
e) Wilayah tempat tinggal masyarakat berpenghasilan tinggi. Daerah ini ditandai
adanya daerah elit yang dihuni oleh orang-orang kaya, merupakan daerah
perumahan yang dihuni oleh keluarga-keluarga kecil dengan ukuran rumah dan
halaman bermain yang luas, sebagian besar penduduknya merupakan kaum
eksekutif, pengusaha besar, dan pejabat tinggi.
f) Wilayah jalur batas desa – kota (
rural urban fringe zone
). Daerah ini ditandai
adanya daerah pinggiran kota dan banyak dijumpai para penglaju, yaitu penduduk
yang bekerja di kota sedangkan sehari-harinya tinggal di daerah pinggiran kota.
Perhatikan gambar berikut.
Keterangan:
1. PDK/CBD
2. Daerah transisi
3. Zona permukiman masyarakat kelas rendah
4. Zona permukiman masyarakat kelas menengah
5. Zona permukiman masyarakat kelas tinggi
6. Zona penglaju
2) Teori sektoral
Dikembangkan oleh
Homer Hoyt
(1930), pola penggunaan lahan kota
cenderung berkembang berdasarkan sektor-sektor. Pusat daerah kegiatan (CBD)
terletak di pusat kota, namun pola-pola penggunaan lahan lainnya berkembang
menurut sektor-sektor yang bentuknya menyerupai irisan kue tart. Sektor-sektor
yang memanjang menyerupai kue tersebut disebabkan faktor geografi, yaitu bentuk
lahan dan pengembangan jalan sebagai prasarana rute, komunikasi, dan transportasi.
Di daerah-daerah yang datar, bentuk jalan umumnya lurus dan sistem penggunaan
lahan kota secara sektoral lebih banyak terlihat karena lokasi permukiman penduduk
mengikuti jalan-jalan tersebut untuk memudahkan transportasi dan pengangkutan.
1
2
34 5
6
Gambar 3.18
Model konsentris Burgess
Pola Keruangan Desa dan Kota
59
Perhatikan gambar berikut.
Keterangan:
: Pusat daerah kegiatan (PDK/CDB)
: Zona transisi (grosir dan manufaktur)
: Zona permukiman kelas rendah
: Zona permukiman kelas menengah
: Zona permukiman kelas tinggi
3) Teori inti berganda
Dikembangkan oleh
CD Harris dan E.L Ullman
(1949). Pola penggunaan
lahan di kota tidaklah sederhana seperti yang dikemukakan oleh teori konsentrik
dan teori sektoral, sebab dapat terjadi pada suatu kota di mana terdapat tempat-
tempat tertentu yang berfungsi sebagai inti-inti kota dan pusat pertumbuhan baru.
Tempat-tempat yang berfungsi sebagai inti kota, antara lain kompleks perindustrian,
pelabuhan, dan jaringan jalan kereta api, kompleks perguruan tinggi dan kota-kota
kecil di sekitar kota besar.
Perhatikan gambar berikut.
Keterangan:
1. Pusat daerah kegiatan
2. Zona transisi (grosir dan manufaktur)
3. Zona permukiman kelas rendah
4. Zona permukiman kelas menengah
5. Zona permukiman kelas tinggi
6. Zona penglaju
7. Industri berat
c. Kaitan kota dengan pusat kegiatan, tata ruang, serta pengangkutan dan perhubungan
Kota merupakan pusat kegiatan sehingga kegiatan yang ada di kota turut menentukan
pola keruangan. Kegiatan penduduk dan pekerjaan masyarakat kota pada umumnya
berada di ruang tertutup tidak berhubungan dengan alam serta tidak mengenal kehidupan
bercorak agraris. Jenis pekerjaan beragam, spesifik, dan memiliki pembagian kerja
yang jelas.
Gambar 3.20
Model inti berganda C.D. Harris dan
E.L. Ullman
6
5
6
4
3
7
3
2
3
1
Gambar 3.19
Model sektoral Homer Hoyt
60
Nuansa Geografi SMA/MA Kelas XII
Kegiatan yang ada di kota memerlukan pembagian sarana dan prasarana, serta
sistem angkutan untuk memperlancar arus transportasi barang, jasa, dan penumpang
antara desa dan kota. Sistem angkutan dan perhubungan perlu ditata dengan perencanaan
yang tepat agar tidak menimbulkan kemacetan dan kekacauan lalu lintas. Sistem
pengangkutan dan perhubungan di kota lebih baik dibandingkan di desa dengan
ditandai tersedianya berbagai sarana komunikasi yang maju.
d. Sejarah pertumbuhan kota
Kota-kota yang terdapat di negara kita tumbuh dan berkembang berdasarkan latar
belakang atau sejarah masing-masing. Berikut sejarah pertumbuhan kota ditinjau dari
asal berkembangnya.
1)
Kota pusat perdagangan
Kota-kota yang berkembang sebagai pusat perdagangan, biasanya terletak di
tepi pantai atau jalur pelayaran dan tempat persinggahan kapal-kapal dari wilayah
atau negara lain yang sedang melakukan perjalanan atau bertransaksi jual beli
barang-barang niaga. Kota jenis ini merupakan kota pelabuhan yang ramai, serta
memiliki fasilitas sosial yang lengkap. Kota-kota di Indonesia yang
perkembangannya dari pusat perdagangan, antara lain Surabaya, Medan, dan
Cirebon.
2) Kota pusat administrasi
Beberapa kota berkembang berdasarkan sejarah sebagai pusat kerajaan/
pemerintahan. Misalnya, kota Palembang sebagai pusat pemerintahan Kerajaan
Sriwijaya, Yogyakarta dan Surakarta sebagai pusat Kerajaan Mataram, Jakarta
sebagai pusat pemerintahan Republik Indonesia serta kota-kota lain yang merupakan
ibu kota provinsi, kota madya atau kabupaten.
3) Kota pusat pertambangan
Persebaran sumber daya alam baik yang bersifat organik maupun anorganik
banyak ditemukan di beberapa tempat di wilayah Indonesia. Lokasi penemuan
bahan tambang memberikan pengaruh terhadap gejala pemusatan penduduk sebagai
tenaga kerja. Pemusatan penduduk berarti menuntut pemenuhan fasilitas yang
diperlukan yang menjadikan daerah pertambangan tersebut berkembang menjadi
desa dan jika perkembangannya pesat akan menjadi wilayah kota.
Sebagai contoh adalah kota Cepu, Cilacap, Sawahlunto, Tanjung Enim, Plaju,
Dumai, Bangka, dan Belitung.
4) Kota pusat perkebunan
Banyak wilayah di Indonesia memiliki tanah luas, subur, dan iklim yang baik
untuk usaha perkebunan sehingga banyak didatangi penduduk untuk mengusahakan
perkebunan. Jika wilayah tersebut banyak menghasilkan komoditi, daerah itu akan
menjadi pemusatan penduduk yang selanjutnya akan berkembang menjadi wilayah
kota. Kota jenis ini, antara lain, Bogor, Lampung, Bengkulu, Palembang, dan
Jambi.
Pola Keruangan Desa dan Kota
61
e. Tahap perkembangan kota
Tahap perkembangan kota berdasarkan bentuk dan persebaran bangunan dibedakan
menjadi empat.
1)
Stadia Infantile
, yaitu tidak ada pemisah antara toko dan rumah.
2)
Stadia Juvenile
, yaitu ada pemisah antara toko dan rumah, bentuk rumah kuno
diganti menjadi rumah baru.
3)
Stadia Mature
, yaitu timbulnya area-area baru, seperti kawasan industri, kawasan
perdagangan, serta perumahan-perumahan yang sudah diatur penyusunannya.
4)
Stadia Sinile
, yaitu kemunduran pada zona masing-masing karena kurangnya
pemeliharaan.
Tahap perkembangan kota berdasarkan kualitas perkembangan masyarakatnya
dibedakan menjadi enam.
1)
Tahap
eopolis
, yaitu desa yang sudah teratur ditandai dengan memperlihatkan ciri-
ciri perkotaan yang merupakan peralihan kehidupan tradisional ke arah kehidupan
kota.
2) Tahap
polis
, yaitu daerah kota yang masih bercirikan sifat-sifat agraris atau masih
ada pengaruh kehidupan agraris.
3) Tahap
metropolis
, yaitu ditandai oleh sebagian besar orientasi kehidupan ekonomi
penduduknya mengarah ke sektor industri.
4) Tahap
megalopolis
, yaitu suatu wilayah perkotaan yang ukurannya sangat besar,
terdiri dari beberapa kota membentuk jalur perkotaan.
5) Tahap
tiranopolis
, yaitu kehidupan kota dikuasai oleh tirani, kemacetan, kejahatan,
kriminalitas maupun kekacauan pelayanan sehingga kehidupan sulit dikendalikan.
6) Tahap
nekropolis
, yaitu perkembangan kota yang menuju ke arah kematiannya.
Sumber:
Jawa Pos 2005
Gambar 3.21
Contoh kota yang dikuasai tirani kejahatan, kriminal, dan kekacauan
62
Nuansa Geografi SMA/MA Kelas XII
Sistem penggolongan kota berdasarkan gejala pemusatan penduduk dibuat oleh
C. Doxiadis
dan
N.R. Saxena
.
Menurut
Doxiadis
, jumlah batas minimal penduduk kota tiap tahapan kota dapat
dilihat pada tabel di bawah ini.
Tabel 3.1 Jumlah Minimal Penduduk Kota
No.
Nama Tahapan Kota
Jumlah Penduduk Minimal
1.
Dwelling group
40 orang
2.
Small neighborhood
250 orang
3.
Neighborhood
1.500 orang
4.
Small town
9.000 orang
5.
Town
50.000 orang
6.
Large city
300.000 orang
7.
Metropolis
2.000.000 orang
8.
Conurbation
14.000.000 orang
9.
Megalopolis
100.000.000 orang
10.
Urban region
700.000.000 orang
11.
Urban continent
5.000.000.000 orang
12.
Ecumenepolis
30.000.000.000 orang
Menurut
N.R. Saxena
, tahapan pemusatan penduduk kota sebagai berikut.
1.
Infant town
dengan jumlah penduduk 5.000 – 10.000 orang.
2.
Township
yang terdiri atas
adolescent township
,
mature township,
dan
specialized
township
dengan jumlah penduduk antara 10.000 – 50.000.
3.
Township city
yang terdiri atas
adolescent town
,
mature town
, dan
specialized city
dengan jumlah penduduk antara 100.000 – 1.000.000 orang.
Tabel 3.2 Batas Minimal Penduduk Kota di Beberapa Negara
No.
Nama Negara
Jumlah Penduduk Minimal
1.
Amerika Serikat
2.500
2.
Mexico
2.500
3.
Kanada
1.000
4.
Venezuela
2.500
5.
India, Belgia
5.000
6.
Argentina, Jerman, Prancis,
2.000
Portugal, dan Luxemburg
7.
New Zealand
1.000
8.
Panama, Columbia, dan Irlandia
1.500
9.
Swedia, Denmark, dan Albania
200
Pola Keruangan Desa dan Kota
63
Pemerintah Indonesia membuat penggolongan kota berdasarkan jumlah penduduk.
1. Kota kecil, jumlah penduduk 20.000 – 50.000 orang.
Contoh:
Padang Panjang
(32.104 orang).
2. Kota sedang, jumlah penduduk 50.000 – 100.000 orang.
Contoh:
Bukittinggi
(71.093 orang), Sibolga (71.559 orang), Mojokerto (96.626 orang), dan Palangkaraya
(99.693 orang).
3. Kota besar, jumlah penduduk 100.000 – 1.000.000 orang.
Contoh
: Cirebon (244.906
orang), Pontianak (387.441 orang), dan Banjarmasin (649.766 orang).
4. Kota metropolis, jumlah penduduk di atas 1.000.000 orang.
Contoh:
Medan
(1.685.272 orang, Bandung (2.025.157 orang), dan Jakarta (8.225.515 orang).
3. Perbedaan pola keruangan desa dan kota
Pola keruangan desa dan kota memiliki beberapa perbedaan. Desa memiliki wilayah
lebih luas dibandingkan kota. Hal ini tentunya berpengaruh terhadap perencanaan tata
ruang di daerah kota, selain juga perlu memerhatikan corak kehidupan penduduknya.
Wilayah kota mempunyai tata ruang yang terencana dengan baik dengan peningkatan
prasarana secara terpadu.
Perbedaan desa dan kota secara kualitatif dapat dilihat pada tabel.
Tabel 3.3 Perbedaan Kualitatif antara Masyarakat Kota dan Desa
No.
Unsur-Unsur Pembeda
Desa
Kota
1.
Mata pencaharian
agraris homogen
nonagraris heterogen
2.
Ruang kerja
lapangan terbuka
ruang tertutup
3.
Musim/cuaca
penting dan menentukan
tidak penting
4.
Keahlian/keterampilan
umum dan tersebar
ada spesialisasi
5.
Rumah dan tempat kerja
dekat
berjauhan
6.
Kepadatan penduduk
tidak padat
padat
7.
Kontak sosial
dalam
dangkal
8.
Stratifikasi penduduk
sederhana dan sedikit
kompleks dan banyak
9.
Lembaga-lembaga
terbatas dan sederhana
banyak dan kompleks
10.
Kontrol sosial
adat/tradisi
hukum/peraturan
11.
Sifat kelompok
gemeinschaft
gesselschaft
12.
Mobilitas
rendah
tinggi
13.
Status sosial
stabil
tidak stabil
64
Nuansa Geografi SMA/MA Kelas XII
Tugas
Kerjakan dan nilaikan kepada guru Anda!
1. Amatilah desa terdekat dari tempat tinggal Anda. Termasuk pola desa apakah
desa tersebut? Jelaskan alasannya!
2. Amatilah kota di sekitar tempat tinggal Anda. Termasuk pola kota apakah kota
tempat tinggal Anda? Jelaskan alasannya!
3. Pada pola keruangan kota, mengapa perumahan buruh selalu dekat dengan pusat
kota atau inti kota Anda? Jelaskan!
4. Buatlah pengelompokan kota-kota di Indonesia menurut sejarah
pertumbuhannya!
5. Buatlah tabel perbedaan pola ruang desa dan kota di sekitar tempat tinggal Anda
dengan menunjukkan faktor pembeda yang Anda temukan di wilayah desa dan
kota di sekitar tempat tinggal Anda!
C
Interaksi Wilayah Desa dan Kota
1. Pengertian interaksi
Interaksi merupakan suatu proses yang sifatnya timbal balik dan mempunyai pengaruh
terhadap perilaku dari pihak-pihak yang bersangkutan melalui kontak langsung, berita
yang didengar, atau surat kabar. Interaksi adalah hubungan antara dua wilayah atau lebih
yang dapat menimbulkan gejala atau masalah baru. Interaksi antarkota dapat terjadi karena
berbagai faktor atau unsur yang ada dalam salah satu kota, antara lain: kemajuan
masyarakat kota, perluasan jaringan jalan dari satu kota ke kota lain, dan kebutuhan timbal
balik antara kota itu dari integrasi atau pengaruh kota terhadap kota yang lainnya.
Menurut
Edward Ullman
, ada tiga faktor utama yang memengaruhi timbulnya
interaksi antarwilayah.
a
. Adanya wilayah-wilayah yang saling melengkapi (
Regional complementarity
).
b. Adanya kesempatan untuk berintervensi (
Interventing opportunity
).
c. Adanya kemudahan transfer atau pemindahan dalam ruang (
Spatial transfer ability
).
Pola Keruangan Desa dan Kota
65
a. Komplementasi regional (regional complementarity)
Lihat skema berikut.
= Jalinan interaksi kuat
Komplementaritas regional adalah adanya wilayah-wilayah saling melengkapi, di
mana terdapat wilayah-wilayah yang berbeda dalam ketersediaan sumber daya alam.
Di satu wilayah ada yang kelebihan sumber daya, sementara di wilayah lain ada yang
kekurangan bahkan tidak memiliki sumber daya. Padahal wilayah tersebut sangat
membutuhkan sumber daya. Hal ini mendorong terjalinnya interaksi antarkedua
wilayah sebagai produsen dan konsumen.
b. Kesempatan intervensi (interventing opportunity)
Kesempatan intervensi diartikan sebagai suatu kemungkinan perantara yang dapat
menghambat timbulnya interaksi antarwilayah. Sangat memungkinkan antara wilayah
A dan B terjalin hubungan timbal balik, sebab wilayah A kelebihan sumber daya X dan
kekurangan sumber daya Y, sebaliknya wilayah B kelebihan sumber daya Y dan
kekurangan sumber daya X. Namun kebutuhan masing-masing wilayah itu secara
langsung dipenuhi dari wilayah C, maka interaksi wilayah A dan B jadi melemah.
Untuk lebih jelasnya perhatikan skema berikut.
Wilayah A
surplus sumber daya X
minus sumber daya Y
minus sumber daya Z
Wilayah B
surplus sumber daya Y
minus sumber daya X
minus sumber daya Z
Wilayah C
surplus sumber daya Z
minus sumber daya X
minus sumber daya Y
66
Nuansa Geografi SMA/MA Kelas XII
=
jalinan interaksi melemah
Kesempatan intervensi diartikan pula sebagai suatu hal atau keadaan yang dapat
melemahkan interaksi. Sebagai akibat adanya unsur alternatif atau pengganti sumber
daya yang dibutuhkan oleh suatu daerah. Untuk lebih jelasnya, perhatikan skema
berikut.
= jalinan interaksi melemah
c. Kemudahan perpindahan dalam ruang (spasial transfer ability)
Faktor kemudahan perpindahan dalam ruang, baik proses pemindahan manusia,
gagasan, dan informasi ataupun proses pemindahan barang berpengaruh terhadap
proses interaksi. Faktor ini sangat berkaitan dengan:
1)
jarak mutlak dan relatif antara tiap-tiap wilayah,
2) biaya angkutan atau biaya transportasi yang memindahkan manusia, barang,
gagasan, dan informasi dari suatu tempat ke tempat lain,
3) kemudahan dan kelancaran prasarana transportasi antara wilayah, seperti kondisi
jalan, relief yang dilewati, jumlah kendaraan, dan sebagainya.
Jarak mutlak adalah jarak sebenarnya dari dua tempat yang akan diketahui
kekuatan interaksinya, sedangkan jarak relatif ditekankan pada berapa lama waktu
yang dibutuhkan untuk mengadakan perpindahan manusia, informasi, ataupun barang.
Jarak relatif dapat diperpendek melalui kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi.
Wilayah A
surplus sumber daya X
Wilayah B
minus sumber daya X
tetapi memiliki sumber daya Z
sebagai alternatif pengganti
kebutuhan sumber daya X
Wilayah A
surplus sumber daya X
minus sumber daya Y
Wilayah B
surplus sumber daya Y
minus sumber daya X
Wilayah C
surplus sumber daya X
surplus sumber daya Y
Kebutuhan wilayah A
disuplai oleh wilayah C
Kebutuhan wilayah B
disuplai oleh wilayah C
Pola Keruangan Desa dan Kota
67
2. Teori-teori interaksi
a. Teori gravitasi
Teori gravitasi dikemukakan oleh
Sir Isaac Newton
(1687) dalam hukum fisika. Teori
gravitasi berkaitan dengan hukum gaya tarik menarik antara dua buah benda. Kekuatan
tarik-menarik besarnya berbanding lurus dengan hasil kali kedua massa benda dan
berbanding terbalik dengan kuadrat jaraknya.
Rumusnya: G = g.
12
2
m.m
d
G
:
besarnya gravitasi antara dua buah benda
g
:
konstanta besarnya 6.167 x 10
-8
cm
3
/gram detik
2
m
1
:
massa benda 1
m
2
:
massa benda 2
d
2
:
jarak di antara kedua massa
Hukum Newton diterapkan oleh
W.J. Reilly
(1929) untuk menghitung kekuatan
interaksi antara dua wilayah dengan memperhitungkan jumlah penduduk tiap-tiap
wilayah dan jarak antarkedua wilayah tersebut.
Rumusnya: I
AB
=
AB
2
P.P
k
(dAB)
I
AB
= kekuatan interaksi antara wilayah A dan B
k
= konstanta besarnya 1
P
A
= jumlah penduduk wilayah A
P
B
= jumlah penduduk wilayah B
dAB = jarak mutlak yang menghubungkan wilayah A – B
Contoh:
Misal ada tiga kota P, Q, R, jumlah penduduk P = 30.000 orang, kota Q = 10.000 orang,
kota R = 20.000 orang. Jarak P ke Q adalah 100 km, jarak dari Q ke R adalah 50 km.
Hitunglah besarnya kekuatan interaksi dari ketiga kota tersebut!
Jawab:
a. Interaksi antara kota P dan Q
12
22
PP
20.000 x 10.000
200.000.000
I =
=
=
= 80.000
2.500
d50
b. Interaksi antara kota Q dan R
12
22
PP
20.000 x 10.000
200.000.000
I =
=
=
= 80.000
2.500
d50
Besarnya perbandingan interaksi antara kota P dan Q dengan Q dan R adalah
30.000 : 80.000.
Kesimpulan: kekuatan interaksi Q – R lebih besar dari P – Q.
68
Nuansa Geografi SMA/MA Kelas XII
Rumus
Reilly
dapat diterapkan jika:
1) kondisi penduduk/tingkat ekonomi tiap-tiap wilayah relatif sama,
2) kondisi alam/relief kedua wilayah relief sama,
3) keadaan sarana dan prasarana transportasi kedua wilayah relatif sama.
b. Teori titik henti
Teori ini dimanfaatkan untuk memperkirakan lokasi garis batas yang memisahkan
wilayah-wilayah perdagangan dari dua buah kota yang berbeda ukurannya. Dengan
teori ini, dapat diperkirakan penempatan lokasi industri atau pelayanan-pelayanan
sosial antara dua wilayah sehingga dapat dijangkau oleh penduduk kedua daerah
tersebut.
Rumusnya: D
AB
=
d
B
K
AB
P
1+
P
D
AB
= jarak lokasi titik henti
d
AB= jarak antara kota A dan B
P
B
= jumlah penduduk kota yang lebih besar
P
K
= jumlah penduduk kota yang lebih kecil
Contoh:
Ada tiga kota P, Q, R, penduduk P sebesar 30.000 orang, penduduk Q sebesar 10.000
orang, penduduk R sebesar 20.000 orang. Jarak P – Q adalah 100 km, jarak Q – R adalah
50 km. Tentukan lokasi titik henti antara P dan Q serta Q dan R!
Jawab:
a. Lokasi titik henti antara P dan Q
D
PQ
=
d
B
K
PQ
100
100
100
=
=
=
= 36, 63 km.
1 + 1, 73
P
30.000
1 +
3
1+
1+
10.000
P
Jadi jarak titik henti antara P dan Q adalah 36,63 km diukur dari kota Q (yang
penduduknya lebih kecil).
b. Lokasi titik henti antara Q dan R
D
QR
=
d
B
K
QR
50
50
50
=
=
=
= 20, 75 km.
1 + 1, 41
P
20.000
1 +
2
1+
1+
10.000
P
Jadi, lokasi titik henti antara Q dan R adalah 20,75 km diukur dari kota Q (yang
penduduknya lebih kecil).
Pola Keruangan Desa dan Kota
69
c. Teori potensi penduduk
Potensi penduduk pada dasarnya menunjukkan kekuatan potensi aliran untuk tiap-
tiap tempat, artinya berapa besar kemungkinan penduduk suatu wilayah untuk
mengadakan migrasi dan berinteraksi dengan wilayah-wilayah lain di sekitarnya. Nilai
potensi penduduk suatu wilayah digambarkan dengan
isoplet
yaitu garis-garis khayal
pada peta yang menghubungkan tempat-tempat yang memiliki nilai potensi penduduk
yang sama. Peta potensi penduduk bermanfaat dalam perencanaan pembangunan suatu
wilayah.
d. Teori grafik
Faktor yang mendukung kekuatan interaksi antarwilayah di antaranya adalah
transportasi. Kualitas sarana dan prasarana transportasi sangat memperlancar mobilitas
barang dan jasa dari suatu tempat ke tempat lain. Suatu wilayah dengan wilayah lain
dihubungkan oleh jalur-jalur transportasi sehingga membentuk pola-pola jaringan
tertentu dalam ruang di muka bumi (
spatial network system
).
K.J. Kansky
merumuskan, untuk mengetahui kekuatan interaksi antarwilayah
dilihat dari jaringan jalan dengan rumus indeks konektivitas.
e
=
E
Q
E
:
indeks konektivitas
e
:
jumlah jaringan jalan yang menghubungkan kota-kota tersebut
Q
:
jumlah kota dalam suatu wilayah
Contoh:
Kekuatan interaksi wilayah dapat dilihat pada gambar di bawah ini.
AB
A
e3
===1
3
E
Q
B
e3
===0,75
4
E
Q
Wilayah A memiliki kekuatan interaksi lebih tinggi dibandingkan wilayah B.
3. Zona interaksi desa dan kota
Wilayah kota yang berinteraksi dengan wilayah pedesaan, kekuatannya tergantung
pada jarak ke pusat kota. Makin jauh dari kota makin lemah interaksinya. Wilayah-wilayah
interaksi tersebut membentuk lingkaran-lingkaran yang dimulai dari pusat kota sampai ke
wilayah pedesaan. Menurut
Bintarto
, wilayah-wilayah zona interaksi adalah sebagai
berikut.
70
Nuansa Geografi SMA/MA Kelas XII
a.
City
adalah sebagai pusat kota.
b.
Suburban
(subdaerah perkotaan), yaitu suatu wilayah yang lokasinya dekat dengan
pusat kota, dan merupakan tempat tinggal para penglaju. Penglaju adalah penduduk
yang melakukan mobilitas harian (tanpa menginap) di kota.
c.
Suburban fringe
(jalur tepi subdaerah perkotaan), yaitu suatu wilayah yang melingkari
suburban
dan merupakan peralihan antara desa dan kota.
d.
Urban fringe
(jalur tepi daerah perkotaan paling luar), yaitu suatu wilayah batas luar
kota yang mempunyai sifat-sifat mirip kota kecuali pusat kota.
e.
Rural urban fringe
(jalur batas desa – kota), yaitu suatu wilayah yang terletak antara
desa dan kota yang ditandai dengan penggunaan lahan campuran antara sektor
pertanian dan nonpertanian.
f.
Rural
, yaitu daerah pedesaan.
Keterangan:
1. City
2. Suburban
3. Suburban fringe
4. Urban fringe
5. Rural urban fringe
6. Rural
4. Pengaruh interaksi desa dan kota
Wujud interaksi desa dan kota dalam kehidupan sehari-hari.
a
. Pergerakan barang dari desa ke kota atau sebaliknya.
b. Pergerakan gagasan dan informasi dari kota ke desa.
c. Adanya komunikasi penduduk antara kedua wilayah tersebut.
d. Pergerakan manusia dalam bentuk rekreasi, urbanisasi, dan mobilitas penduduk.
Pengaruh positif yang timbul dari interaksi desa – kota adalah sebagai berikut.
a. Tingkat pengetahuan penduduk meningkat karena telah didirikannya sekolah dasar
hingga sekolah menengah di pedesaan.
b. Lancarnya transportasi desa – kota dapat meningkatkan komunikasi dan pengiriman
barang dari desa ke kota atau sebaliknya.
c. Masuknya teknologi tepat guna ke pedesaan di bidang pertanian dan peternakan dapat
meningkatkan aneka produksi sehingga pendapatan masyarakat desa meningkat pula.
d. Masuknya para ahli ke pedesaan bermanfaat dalam menciptakan berbagai peluang
yang berinteraksi ekonomi.
e. Bantuan dari pemerintah dapat meningkatkan kualitas dan kuantitas di bidang
wiraswasta.
Gambar 3.22
Zona-zona interaksi
desa dan kota
12
34 5
6
Pola Keruangan Desa dan Kota
71
f. Pengetahuan masalah kependudukan khususnya NKKBS (Norma Keluarga Kecil
Bahagia Sejahtera) sudah tersebar ke desa-desa.
g. Berkembangnya organisasi sosial dan koperasi desa guna meningkatkan pertumbuhan
ekonomi desa.
Selain pengaruh positif di atas, interaksi desa – kota dapat menimbulkan pengaruh negatif.
a. Berkurangnya tenaga kerja produktif di desa karena penduduk desa berusia muda
bekerja di kota.
b. Menyempitnya lahan pertanian, hilangnya kawasan hijau, dan berubahnya lahan desa.
c. Penetrasi kebudayaan kota ke desa yang kurang sesuai dengan budaya atau tradisi desa
cenderung mengganggu tata pergaulan dan seni budaya desa.
d. Munculnya berbagai masalah sosial, seperti pengangguran, tunasusila, tunawisma, dan
kriminalitas.
e. Munculnya daerah kumuh (
slum area
).
5. Aspek interaksi kota
a
. Aspek interaksi kota di bidang ekonomi
1) Harga barang antarwilayah relatif sama.
2)
Mata pencaharian penduduk bervariasi.
3) Kegiatan produksi konsumsi lebih teratur.
b. Aspek interaksi kota di bidang sosial
1) Terjadi perubahan sosial yang lebih baik.
2)
Dengan koordinasi yang baik antarkota, dapat mengurangi masalah tunawisma dan
tunakarya.
c. Aspek interaksi kota di bidang budaya
1) Tingkat pendidikan semakin maju.
2)
Komunikasi semakin terbuka membawa kemajuan di bidang teknologi.
3) Adanya perubahan norma sosial, yaitu kecenderungan masyarakat untuk menjadi
keluarga kecil bahagia sejahtera.
4) Kebudayaan akan berkembang lebih sempurna dan beragam.
6. Urbanisasi
Menurut
Bintarto
, migrasi adalah perpindahan penduduk dari desa ke kota atau
perubahan suasana desa ke suasana kota.
Proses migrasi ada tiga, yaitu:
a
. aglomerasi penduduk desa,
b. perwujudan pola tata kehidupan atau pergaulan yang baru,
c. dominasi peradaban kota terhadap seluruh penduduk.
72
Nuansa Geografi SMA/MA Kelas XII
a. Faktor-faktor penyebab terjadinya urbanisasi
1) Faktor pendorong
a
) Menyempitnya pemilikan lahan akibat pembagian tanah warisan.
b) Lapangan kerja terbatas karena jumlah penduduk tinggi.
c) Upah tenaga kerja di desa rendah.
d) Fasilitas di desa kurang memadai.
e) Adanya pengangguran tidak kentara.
2) Faktor penarik
a) Anggapan bahwa lapangan kerja di kota luas sehingga mudah mencari pekerjaan.
b) Fasilitas di kota lengkap dan memadai.
c) Upah kerja tinggi.
d) Tingkat kebudayaan kota yang lebih tinggi.
b. Dampak yang timbul akibat urbanisasi
1) Akibat bagi desa
a
) Lahan pertanian terbengkalai.
b) Tenaga kerja potensial berkurang.
c) Beralihnya modal dari desa ke kota.
d) Pembangunan desa terhambat.
2) Akibat bagi kota
a) Terjadi ledakan penduduk.
b) Munculnya daerah kumuh (
slum area
).
c) Timbulnya ketegangan sosial.
d) Terjadinya pencemaran.
c. Upaya mengatasi urbanisasi
1) Peningkatan kualitas fasilitas di desa.
2)
Pemerataan pembangunan ke daerah pedesaan.
3) Desentralisasi industri kecil ke desa-desa.
4) Membatasi arus penduduk dari desa ke kota melalui kegiatan administrasi dan
kebijaksanaan lainnya.
Tugas
Kerjakan pertanyaan berikut dan serahkan kepada guru Anda!
1. Mengapa mobilitas penduduk merupakan wujud interaksi kota? Berikan
alasannya!
2. Mengapa masuknya orang-orang kota yang bermodal ke desa membawa dampak
negatif di pedesaan? Berikan pendapat Anda!
Pola Keruangan Desa dan Kota
73
3. Jelaskan contoh-contoh interaksi yang terjadi antara kota tempat tinggal Anda
dengan kota lain!
4. Jelaskan pengaruh positif dan negatif yang timbul akibat interaksi kota (tempat
tinggalmu) dengan kota sekitar!
D
Konflik Pemanfaatan Lahan Permukiman pada Suatu Wilayah
Dalam kegiatan pembangunan di wilayah pedesaan atau perkotaan, potensi timbulnya
masalah atau konflik selalu ada. Konflik yang terjadi merupakan masalah dari pemanfaatan
lahan baik untuk permukiman, proyek pembangunan sarana dan prasarana, proyek irigasi, dan
pembangunan kawasan industri atau pertokoan. Potensi konflik sering terjadi di perkotaan
meskipun di pedesaan pun dapat terjadi.
1. Konflik pemanfaatan lahan permukiman di perkotaan
Dalam pembahasan interaksi antara kota dan desa, telah dijelaskan mengenai dampak
urbanisasi. Urbanisasi akan menimbulkan aku-mulasi penduduk dari desa ke kota.
Kondisi ini akan mengubah tata ruang kota dalam pemanfaatan lahan yang ada, sebab
penduduk desa yang berada di kota membutuhkan tempat tinggal.
Hal ini mengakibatkan permasalahan bagi kota, antara lain sebagai berikut.
a
. Banyak muncul
slum area
.
b. Penyerobotan/penjarahan tanah-tanah negara.
c. Lingkungan tidak sehat.
d. Banyaknya rumah di bantaran sungai.
e. Konflik antarwarga merebutkan lahan tidur.
f. Adanya kios-kios PKL di trotoar dan taman kota.
Sumber:
Kompas
Gambar 3.23
Macetnya lalu lintas di kota
74
Nuansa Geografi SMA/MA Kelas XII
2. Konflik pemanfaatan lahan permukiman di pedesaan
Peningkatan jumlah penduduk
yang pesat di desa akan membawa
dampak terhadap lingkungan di desa,
yaitu:
a
. menyempitnya lahan pertanian,
b. munculnya permukiman di atas
lahan pertanian,
c. menyempitnya wilayah hutan untuk
permukiman,
d. tingginya erosi dan pencucian tanah
akibat pendeknya siklus rotasi
sehingga tanah kurang regenerasi.
Tugas
Carilah di berbagai referensi (koran, majalah, atau internet) tentang konflik yang
berhubungan dengan pemanfaatan lahan yang terjadi di pedesaan maupun perkotaan!
Kemudian kumpulkan dalam bentuk kliping serta beri ulasan.
E
Dampak Pertumbuhan Permukiman terhadap Kualitas
Lingkungan
Suatu wilayah atau kawasan yang
pertumbuhannya sangat pesat akan
dijadikan sebagai pusat ekonomi
penduduk dalam bidang perdagangan,
industri, dan jasa dapat memengaruhi
kawasan-kawasan lain di sekitarnya.
Melalui pengembangan kawasan
pusat-pusat pertumbuhan, diharapkan
terjadi proses interaksi dengan wilayah
di sekitarnya. Sebagai contoh kota
Jakarta yang berkembang sangat pesat
secara langsung atau tidak, telah
memengaruhi kota-kota yang ada di
sekitarnya, seperti Tangerang, Bekasi,
dan Bogor. Demikian pula kota Surakarta, memengaruhi kota-kota di sekitarnya seperti
Karanganyar, Boyolali, Sragen, Sukoharjo, Klaten, dan Wonogiri.
Sumber:
Kompas
Gambar 3.25
Kualitas lingkungan rendah karena aktivitas manusia
sehingga mengakibatkan rusaknya lingkungan
Sumber:
Kompas
Gambar 3.24
Pendirian proyek di atas areal permukiman
menimbulkan konflik
Pola Keruangan Desa dan Kota
75
Semakin pesat pertumbuhan suatu wilayah seperti permukiman, akan memengaruhi
kualitas lingkungan, sebab keadaan lingkungan ikut menyesuaikan pada jumlah permukiman
yang ada. Semakin banyak jumlah permukiman, kualitas lingkungan akan semakin menurun.
Hal ini dikarenakan kurang adanya keseimbangan antara penggunaan dan pemanfaatan
lingkungan dengan upaya untuk menjaga dan melestarikan lingkungan. Penting sekali
adanya pembangunan berkesinambungan agar lingkungan dapat dimanfaatkan sampai generasi
berikutnya.
Subowono Sukosraten merupakan sebuah slogan yang mempunyai makna yang dalam, di mana
wilayah Solo dengan wilayah-wilayah di sekitarnya dalam menjalin hubungan atau interaksi dapat
mendatangkan bahkan dapat mengangkat potensi yang ada di setiap wilayah kabupaten di sekitar Solo.
Surakarta, Boyolali, Wonogiri, Sukoharjo, Karanganyar, Sragen, dan Klaten dapat bahu-membahu
dalam mewujudkan kota yang menjadi pusat perdagangan, pariwisata yang tidak hanya dikenal wisatawan
domestik, namun juga wisatawan asing. Dengan dibukanya wisata Ketep di Boyolali, taman agrobisnis
di Candi Cetho Karanganyar, menambah nilai wisata di Solo.
Di Inggris dikenal konsep struktur kota ”
green belt
” (jalur hijau) yaitu batas yang melingkari kota
dengan lebar 10 km, baru kemudian di luar batas tersebut ada kawasan pedesaan. Bangunan kota harus
dibatasi paling pinggirnya hingga tepi bagian dalam dari
green belt
tersebut. Selain itu dikenal pula
konsep ”
green wedge
”. Pada konsep ini di luar kota diusahakan bukan jalur hijau yang melingkar,
melainkan berupa tonjolan-tonjolan kawasan hijau yang mendorong kota secara lepas-lepas, jadi tidak
menyambung utuh. Fungsinya adalah untuk mencegah pemekaran kota semua arah. Dengan penghalang
”
wedge
” tersebut, kota hanya dapat mekar di sepanjang jalan raya yang menuju luar kota.
Tugas
Kerjakan pertanyaan berikut dan kumpulkan pada guru Anda!
1. Apa yang dimaksud dengan pembangunan berkelanjutan?
2. Jelaskan hubungan antara aktivitas manusia terhadap rendahnya kualitas
lingkungan!
3. Amatilah lingkungan di sekitar tempat tinggalmu, apakah terdapat kegiatan
pembangunan (industri, permukiman/real estate, dan lain-lain). Bagaimana
pengaruhnya kegiatan tersebut terhadap lingkungan di sekitar tempat tinggalmu!
Info Geo
76
Nuansa Geografi SMA/MA Kelas XII
Rangkuman
1. Potensi desa terdiri dari potensi fisik dan nonfisik.
2. Klasifikasi desa
a. Berdasarkan perkembangan masyarakat, desa dibedakan menjadi empat, yaitu:
1) desa tradisional,
2) desa swadaya,
3) desa swakarya,
4) desa swasembada.
b. Berdasarkan mata pencahariannya, desa dibedakan menjadi tiga, yaitu:
1) desa agraris,
2) desa nelayan,
3) desa industri.
3. Unsur-unsur desa meliputi: daerah, tata kehidupan, dan penduduk.
4. Pola persebaran desa dibedakan menjadi tiga, yaitu pola memanjang, pola radial, dan pola
tersebar.
5. Faktor yang menentukan sistem pengangkutan, yaitu letak desa, topografi, dan kondisi
sosial dan perkembangannya.
6. Istilah-istilah yang berhubungan dengan kota, yaitu
urban
,
city
,
town
, dan
township
.
7. Teori-teori penggunaan lahan di kota, antara lain, teori konsentrik, teori sektoral, dan teori
inti berganda.
8. Pertumbuhan kota menurut latar belakang dan sejarahnya, terbagi atas kota perdagangan,
kota administrasi, kota pertambangan, dan kota perkebunan.
9. Tahap perkembangan kota berdasar bentuk dan persebaran bangunan adalah
stadia infantile
,
stadia juvenile
,
stadia mature
, dan
stadia sinile
.
10. Perkembangan kota berdasarkan perkembangan masyarakatnya digolongkan menjadi enam
tahap, yaitu tahap eopolis, tahap polis, tahap metropolis, tahap megalopolis, tahap tiranopolis,
dan tahap nekropalis.
11. Faktor yang memengaruhi interaksi kota, yaitu saling melengkapi, kesempatan berintervensi,
dan kemudahan untuk berpindah atau transfer.
12. Teori yang mendasari interaksi kota adalah teori gravitasi, teori titik henti, teori potensi
penduduk, dan teori grafik.
13. Aspek interaksi kota di bidang ekonomi, sosial, dan budaya.
14. Konflik pemanfaatan lahan timbul di pedesaan maupun perkotaan.
Pola Keruangan Desa dan Kota
77
Evaluasi
I. Berilah tanda silang (X) huruf a, b, c, d, atau e di depan jawaban yang benar!
1. Unsur tata kehidupan desa antara lain ....
a
. mata pencaharian
b. pemanfaatan lahan
c. komposisi penduduk
d. pemukiman penduduk
e. seluk-beluk kemasyarakatan
2. Berikut ini adalah potensi nonfisik desa, yaitu ....
a. lembaga sosial
b. sumber air
c. tanaman
d. hewan
e. iklim
3. Pola desa di daerah karst adalah ....
a. memanjang sungai
b. memanjang jalan
c. memanjang pantai
d. radial
e. tersebar
4. Ciri-ciri desa swasembada adalah ....
a. sudah mengalami perubahan
b. masyarakatnya sudah maju
c. relatif statis tradisional
d. desa peralihan
e. tipe desa ideal
5. Desa yang sebagian penduduknya bergantung pada potensi laut disebut desa ....
a. industri
d. peternakan
b. nelayan
e. perdagangan
c. perladangan
6. Ciri kehidupan masyarakat kota adalah ....
a. pusat kebudayaan
b. tempat orang bersekolah
c. tempat olahraga dan rekreasi
d. pusat lalu lintas dan pemerintahan
e. penduduk yang lebih menghargai waktu
78
Nuansa Geografi SMA/MA Kelas XII
7. Daerah peralihan kota dengan desa disebut ....
a. suburban
b. suburban fringe
c. rural urban fringe
d. urban fringe
e. rural urban
8. Model konsentrik dalam struktur kota dikemukakan oleh ....
a. Perraux
b. Homer Hoyt
c. E.W. Burgess
d. Ullman
e. Kansky
9. Kota dalam keadaan perang, kelaparan, dan bahaya serta kekacauan merupakan ciri
kota ....
a. polis
b. metropolis
c. megalopolis
d. tiranopolis
e. nekropolis
10. Hubungan desa dengan kota disebabkan oleh ....
a. desa merupakan pusat industri
b. kota lebih sedikit penduduknya
c. desa penyedia tenaga pendidik
d. kemajuan lalu lintas dan komunikasi
e. desa merupakan pusat industri
11. Berikut ini merupakan kota-kota yang tumbuh dari pusat keagamaan dan pelabuhan,
kecuali
....
a. Semarang
b. Cirebon
c. Banten
d. Gresik
e. Surakarta
12. Syarat terjadinya interaksi adalah ....
a. dalam periode waktu tertentu
b. timbal balik yang saling memengaruhi
c. timbal balik yang saling menguntungkan
d. menimbulkan gejala yang merugikan saja
e. terjadi hanya dimungkinkan dua belah pihak
Pola Keruangan Desa dan Kota
79
13. Aspek interaksi antarkota di bidang sosial, antara lain ....
a. mata pencaharian penduduk yang sama
b. adanya halte dan terminal
c. majunya ekspor impor
d. adanya pabrik-pabrik
e. harga barang sama
14. Faktor pendorong urbanisasi antara lain ....
a. tersedianya fasilitas pendidikan
b. upah tenaga kerja lebih tinggi
c. transportasi dan komunikasi lancar
d. adanya pengangguran tidak kentara
e. mudah memperoleh pelayanan sosial
15. Salah satu pengendalian urbanisasi adalah ....
a. adanya upaya lembaga pendidikan komputer di kota
b. pembangunan sarana transportasi di desa
c. komunikasi yang lancar dan cepat di kota
d. upah kerja di kota lebih tinggi
e. pemindahan modal desa ke kota
II. Isilah titik-titik berikut dengan jawaban yang tepat!
1.
Line village community type
adalah pola persebaran desa
....
2. Keadaan morfologi, iklim, dan keadaan tanah dikategorikan sebagai faktor ....
3. Suku terasing di pedalaman wilayah Indonesia dilihat dari perkembangannya
termasuk dalam desa ....
4. Di masyarakat Bali terdapat adat istiadat dalam pengaturan irigasi yang disebut ....
5. Corak kehidupan masyarakat kota bermacam-macam sehingga dikatakan
bersifat ....
6. Toko dan rumah masih menjadi satu. Hal ini merupakan ciri tahap perkembangan
kota stadia ....
7. Di Indonesia, kota yang berpenduduk 20.000 – 50.000 jiwa dikategorikan kota ....
8. Teori potensi penduduk dalam peta ditunjukkan dengan garis-garis khayal yang
disebut ....
9. Suatu kawasan yang dihubungkan oleh jaringan jalan yang kompleks tentunya akan
memiliki pola interaksi keruangan yang ....
10. Manfaat teori gravitasi adalah ....
80
Nuansa Geografi SMA/MA Kelas XII
III. Jawablah pertanyaan-pertanyaan berikut dengan singkat dan jelas!
1. Jelaskan pengaruh perbedaan fisiografis terhadap persebaran desa!
2
. Jelaskan sejarah pertumbuhan kota di Indonesia! Berikan contohnya!
3. Buatlah tabel perbedaan desa dan kota dengan sepuluh unsur pembeda!
4. Sebutkan zona-zona interaksi menurut
Bintarto
!
5. Sebutkan pengaruh positif interaksi kota!
6. Jelaskan unsur-unsur desa menurut
Bintarto
!
7. Jelaskan tiga teori atau konsep pola penggunaan lahan di kota!
8. Apakah yang dimaksud dengan pembangunan berkelanjutan?
Sudahkah Anda memahami pola keruangan desa dan kota? Apabila ada yang kurang jelas,
silakan bertanya kepada guru atau mempelajari sekali lagi materi bab ini. Apabila sudah
cukup jelas, lanjutkan pada bab berikutnya.
Latihan Ulangan Harian 1
81
I. Berilah tanda silang (x) huruf a, b, c, d, atau e di depan jawaban yang benar!
1. Peta merupakan gambara konvensional, artinya ....
a
. teknik geografi
b. keharusan
c. seni
d. kebiasaan
e. kesepakatan kartografi
2. Menurut bentuknya, simbol dikelompokkan menjadi simbol ....
a. titik, bidang, dan huruf/angka
b. garis, bidang, dan huruf/angka
c. titik, garis, dan bidang
d. piktoral, geometrik, dan huruf/angka
e. titik, garis, dan huruf
3. Salah satu syarat peta adalah bentuk bidang harus sesuai aslinya, hal ini disebut ....
a. equivalent
b. conform
c. equidistant
d. simetris
e. asimetris
4. Jika pada peta jarak titik C – D = 5 cm, jarak sesungguhnya di lapangan adalah 200
m. Skala petanya adalah ....
a. 1 : 40
b. 1 : 400
c. 1 : 4000
d. 1 : 20.000
e. 1 : 100.000
5. Suatu sistem yang memberikan gubungan antara posisi titik-titik di permukaan
bumi dan peta disebut ....
a. skala
b. globe
c. dimensi
d. proyeksi
e. azimuth
Latihan Ulangan Harian 1
82
Latihan Ulangan Harian 1
6. Proyeksi peta yang menggunakan bidang datar sebagai bidang proyeksi disebut
proyeksi ....
a. azymuthal
b. kerucut
c. policonic
d. silinder
e. conic
7. Suatu benda yang digunakan untuk merekam suatu objek pada penginderaan jauh
adalah ....
a. citra non foto
b. citra
c. rona
d. warna
e. sensor
8. Tingkat kegelapan atau kecerahan objek pada citra disebut ....
a. citra
b. wahana
c. rona
d. situs
e. pola
9. Salah satu keunggulan yang paling menonjol dari data yang dihasilkan melalui
indraja adalah ....
a. mencakup objek yang terbatas
b. biayanya murah
c. tidak perlu pengolahan lebih lanjut
d. cepat dan tepat
e. jarang terjadi distorsi yang berarti
10. Hasil gambaran rekaman yang berupa foto udara yang dihasilkan dengan cara optik
dan elektronik disebut ....
a. citra
b. bentuk
c. situs
d. pola
e. wahana
11. Keterkaitan antara objek yang satu dengan yang lain disebut ....
a. situs
b. asosiasi
c. tekstur
d. bayangan
e. pola
Latihan Ulangan Harian 1
83
12. Di bawah ini yang bukan faktor yang memengaruhi rona adalah ....
a. cuaca
d. karakteristik objek
b. waktu pemotretan
e. angin
c. bahan yang digunakan
13. Dalam kegiatan sistem informasi geografi (SIG) ada dua macam data yang dikelola,
yaitu ....
a. data atribut dan data visual
b. data atribut dan data spasial
c. data visual dan data numerik
d. data visual dan data lapangan
e. data teristis dan data numerik
14. Dalam SIG semua objek yang diperoleh dari data keruangan disajikan dalam bentuk
sel-sel yang disebut pixel, data keruangan ini disebut ....
a. model garis
d. model raster
b. model bagan
e. model pixel
c. model vektor
15. Desa yang sudah mampu mengembangkan potensi-potensi sumber daya secara
optimal dan daya interaksinya dengan wilayah luar tinggi disebut ....
a. desa swasembada
d. desa transisi
b. desa swakarsa
e. desa tradisional
c. desa swakarya
16. Di daerah dataran tinggi biasanya bentuk permukiman masyarakat desa didominasi
oleh pola ....
a. memusat di daerah-daerah tertentu
b. radial
c. bergerombol pada daerah tertentu
d. terpencar secara merata
e. linier mengikuti jalur transportasi
17. Berdasarkan aktivitas masyarakat desa terdiri atas ....
a. sedang berkembang, maju, industri
b. agraris, nelayan, maju
c. agraris, industri, maju
d. agraris, industri, nelayan
e. nelayan, industri, maju
18. Daerah yangmerupakan pusat kegiatan ekonomi, politik, dan kebudayaan disebut ....
a. rural
d. selaput inti kota
b. suburban
e. inti kota
c. kota satelit
84
Latihan Ulangan Harian 1
19. Pengaruh negatif yang pertama kali timbul dari adanya interaksi desa dan kota
diantara pilihan di bawah ini adalah ....
a. urbanisasi
b. mekansiasi teknologi pertanian
c. munculnya slum area
d. penetrasi budaya terhadap tradisi pedesaan
e. pengembangan sarana dan prasarana transportasi
20. Pernyataan yang terdiri dari:
1. menentukan lokasi industri
2. menentukan pembuatan taman kota
3. menentukan lokasi pasar
4. menentukan lokasi sarana pendidikan
Hal-hal di atas yang merupakan manfaat teori titik henti antara lain ....
a. 4, 3, dan1
d. 3, 2, dan 1
b. 4, 3, dan 2
e. 3, 1, dan 2
c. 4, 2, dan 2
II. Isilah titik-titik berikut dengan jawaban yang tepat !
1. Perbandingan antara jarak di peta dengan jarah sebenarnya di lapangan disebut ....
2.
Bagian dari peta yang berisi simbol-simbol dalam peta dinamakan ....
3. Salah satu syarat peta adalah equidistant yang artinya ....
4. Kemampuan sensor untuk menampilkan gambar dari objek terkecil di permukaan
bumi disebut ....
5. Kamera foto yang dipasang pada pesawat udara disebut ....
6. Letak suatu objek terhadapbentangan daratan disebut ....
7. Pesawat terbang, satelit, dan radar adalah komponen pengindraan jauh yang
disebut ....
8. Data teristris pada SIG dapat diperoleh dengan jalan ....
9. Bagian dari perangkat keras yang digunakan untuk mencetak peta dengan ukuran
besar adalah ....
10. Bentuk data spasial yang berupa titik, garis dan poligon disebut ....
III. Jawablah pertanyaan-pertanyaan berikut dengan singkat dan jelas!
1. Deskripsikan pengerian peta!
2
. Sebutkan tiga tujuan peta menggunakan warna!
3. Bedakan antara citra foto dengan citra nonfoto!
4. Deskripsikan hasil pengindraan jauh!
5. Mengapa data yang berupa citra satelit langsung dapat digunakan dalam pengolahan
SIG?